Kenyataan dan Harapan



Ada satu waktu di mana kenyataan terasa seperti hal yang semu. Semu yang menjemukan, yang membuat di sekelilingnya terasa hanya bagai desiran angin di musim dingin. Dingin yang menusuk, hingga sakitnya seperti berjalan pada mimpi yang tak pernah sampai. Kemudian dia bertanya pada dirinya sendiri, apakah harapan itu ada?


Tidak perlu sesuatu yang mengagumkan, hanyalah dia yang berharap bahwa tangisnya dapat terbayar dengan tawa. Tidak perlu sesuatu yang menawan, hanyalah dia yang berharap bahwa lelahnya dapat terbayar dengan senyum. Tidak perlu sesuatu yang menakjubkan, hanyalah dia yang berharap bahwa sulitnya dapat terbayar dengan peluk. Sekali lagi dia bertanya, apakah harapan itu ada?


Bahwasanya, bisa jadi memang tidak akan pernah ada jawaban dari apa yang dia tanya. Sekalipun orang paling masyhur di dunia memang ada, ia mungkin tak akan pernah bisa memahaminya dengan apik. Sekalipun orang paling mahir di dunia memang ada, ia mungkin tak akan pernah bisa menanggapinya dengan mudah. Sekalipun orang paling egois di dunia memang ada, ia mungkin tak akan pernah bisa menjawabnya dengan sepele. Jadi, apakah harapan itu memang ada?


Kemudian dia menyusuri jejak memorinya, yang di dalamnya banyak sekali dia temukan lantunan dan ucapan doa. Doa yang tidak pernah terputus waktu. Doa untuk ayahnya, ibunya, adiknya, dan kepada semua yang dia berikan cintanya. Dengan semua permohonan yang dia tunggu untuk menjadi nyata, pada titik itulah dia merasakan hidup. Pada titik itulah dia kembali kepada Yang Maha Menciptakan-nya. Dan pada titik itulah, seharusnya dia merasakan bahwasanya harapan adalah sesuatu yang hebat nan besar untuk mendekatkan diri kepada Yang Mahabesar.


Pada titik itulah, seharusnya semua manusia menyadari, bahwa tak ada yang lebih indah dari berharap hanya kepada Tuhan Seluruh Alam. Bahwa kenyataan adalah bentuk dari apa yang dia usahakan ketika dia mengaduh tangis, lelah, dan harapnya. 


Bahwa tak perlu mengatakan kalau dunia ini hanya ada dirimu dan deritamu, lalu melupakan Tuhanmu yang selalu bersama kamu. Jika memang kau masih tidak percaya bahwa harapan itu ada, maka dekatkanlah dirimu kepada-Nya, karena sesungguhnya Dia adalah dekat.



Suatu hari, jika harapmu belum pernah terkabul, itu bukan berarti kau tidak lebih baik dari yang lain. Itulah saat Dia telah menyiapkan sesuatu yang lebih indah dan layak diberikan kepada kamu, jika memang kamu merupakan orang yang tak pernah lelah untuk bersujud.



("Catatan untuk Diri")

Jakarta, 25 Maret 2020.

-firlibelia

firlibelia

No comments:

Post a Comment

Instagram